Rabu, 04 Oktober 2017

Melihat Persib Bandung secara Live di Stadion itu Seru

melihat Persib di stadion lalu dan saat ini tak semua turnamen Persib Bandung bisa saya ingat. malahan pengalaman pertama kali melihat Persib Bandung yaitu elemen yang tak dapat dilupakan. ketika itu aku semula lebih kurang strata 4 atau 5 sd lah. jadi seputar thn 1984-1985-an. kala itu tengah bervakansi ke rumah datuk di Kawali, Ciamis. pula tahu berkenaan bakal ada kunjungan Persib Bandung adalah awal berita tetangga, sedang bermula ‘barker’, mobil gunakan ‘halow-halow’ (baca: pengeras nada yang berkeliling pedalaman mengutuskan bahwa di arena lapang alun-alun Kawali bakal ada kejuaraan tertarik antara Persib Bandung Selection melawan PSGC bon Sepakbola Galuh Ciamis).

saya tak ingat berapa score akhir waktu itu, cuma dapat mengingat jika tarif karcisnya 300 rupiah juga sebagai ilustrasi, 300 rp masa itu lumayan pada membayar sekotak Susu Ultra gede dan sebatang coklat cap Ayam jago dimanfaatkan masuk 3 orang saya yayi saya dan sohib aku Asep Pa Iding). selain itu, stadionnya berulang teramat normal hanyalah lapangan alun-alun kecamatan yang disulap jadi gelanggang dadakan dan ‘dikulibeng’ (apa atuh ‘dikulibeng’ teh ya?) sekelilingnya bersama karung, bilik, atau kain biar penonton yg tak miliki karcis tidak mampu ‘moncor’. dikala itu sebagian pemain Persib yang ternama adalah Adeng Hudaya, Robby Darwis, Adjat Sudrajat, dan Sobur. Sisanya aku tidak tahu, tapi seandainya tak salah di era Adjat Sudrajat ini Persib jadi jagoan persekutuan waktu menjadi juara uni ini ada konvoy keliling kota Bandung. kala SD, saya sekolah di Banjarsari, Jalan Merdeka Bandung. jadi kita menyaksikan arak-arakan di depan sekolah, naik ke jembatan penyebrangan Gudang Garam sekarang sudah tidak ada).

tatkala SMA saya mulai wirawan nonton ke Stadon Siliwangi, meskipun ‘moncor’ dikarenakan gak punya ticket sesudah kuliah pun beberapa kali aku nonton ke gelanggang Siliwangi. Terkadang melihat bareng dgn sohib awal SMA, Ucup Mpep. Kita lazim menyaksikan di Timur. Atau dikala awal-awal asosiasi Indonesia lalu konfederasi Dunhill/ Bank Mandiri), tuturubun bersumber Jatinangor dengan si Krisna ke gelanggang Siliwangi, dan menyaksikan di Selatan.

menyaksikan Persib ke gelanggang dengan Krisna merupakan pengalaman terakhir di musim kuliah. alamat itu aku tak pernah menyaksikan Persib ke stadion masih saya lebih banyak menyaksikan Persib di televisi, atau mendengarkan ulasan pers pengetahuan mata, cepat bermula RRI/Pro 2 FM. hingga akhirnya kepada kontes Persib melawan Persiwa Wamena (24032011) dan melawan Persipura (27032011) di gelanggang Si Jalak Harupat, saya berkesempatan menyaksikan kompetisi Persib dengan cara serta-merta Itupun lantaran panggilan sohib saya Wendy, yg bertugas meliput pertandingan tersebut antara jadwal persib liga 1.

Jeda sekian th tidak ke menonton ke gelanggang sebanding saja, menghasilkan aku terpesona terlebih menonton Persib di stadion Si Jalak Harupat. gelanggang yg sedemikian besar dan luas ini harus diakui benar-benar memiliki aura mistis yg mempesona. amat jauh dari pengalaman pertama saya menyaksikan Persib di stadion pelosok di kecamatan Kawali Ciamis, atau stadion Siliwangi.

tidak sedikit factor menarik yg teramat berbeda bersama periode lalu saat ini sejumlah bobotoh sangat peduli dengan tampilan setiap kompetisi Persib, selalu saja gelanggang beralih warna jadi lautan biru dikarenakan bobotoh Persib nyaris seluruh memungut baju bernuansa biru. hal yang lalu tidak aku temukan di Siliwangi. lalu melihat Persib ya kembali pakai semacam SMA atau kaos warna apa saja. tidak cuma itu di tiap-tiap sudut gelanggang berkelamin wanita pun bisa menonton kejuaraan dengan aman tanpa gangguan atau sentuhan tangan-tangan durjana Jaman dulu di Siliwangi? hanya ada di VIP.
lagi anak-anak di bawah 12 tahun kian ada yg sepertinya semula balita) dgn asyik dapat menyaksikan turnamen tidak dengan merasa kecut hati lebihlebih dua kali ke Si Jalak Harupat, dua kali tengah aku menonton penonton yg terdiri Ayah-Ibu-Anak, kompak mem-bobotohi Persib. makin ada anak yang pula batita, serta digendong ibunya ada di deretan penonton bola yang biasanya orang dewasa.
bersama kata lain, saat ini ini menonton bola tak hanya jadi milik separo laki laki saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar